Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum berencana menambah jumlah pengadaan antidotum atau obat penawar berupa fomepizole untuk penanganan kasus gagal ginjal akut. Hingga kini, Indonesia telah menerima 246 vial fomepizole dari Singapura, Australia, dan Jepang.
"Terkait obat fomepizole, kita belum membuat suatu rencana impor atau pengadaan di tahun depan," kata Juru bicara Kemenkes, Mohammad Syahril, dalam keterangan pers daring, Jumat (4/11).
Dari 246 vial fomepizole yang diterima Indonesia, sebanyak 216 vial (87%) merupakan donasi dari Australia dan Jepang. Fomepizole telah disalurkan ke 17 rumah sakit di 11 provinsi serta tersisa 100 vial fomepizole, yang disimpan di instalasi farmasi pusat.
"Kan, masih ada stok bahkan turun kasus kita ini. Nah, dengan turun kasus, kita ngapain stok banyak-banyak atau kita beli banyak-banyak? Mudah-mudahan ini betul setop kasusnya dengan upaya-upaya yang telah kita lakukan bersama-sama," ujar Syahril.
Lebih lanjut, Syahril menuturkan, kondisi pasien yang telah menerima terapi fomepizole mengalami perbaikan kondisi. Ini berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap 11 pasien yang dirawat di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), di mana 10 di antaranya menunjukkan hasil yang membaik.
"Di RSCM, dari 11 pasien yang diberi fomepizole, 10 di antaranya memberikan perbaikan, betul-betul mendapatkan hasil yang memuaskan. Terjadi perbaikan klinis, dan sudah ada pasien yang pindah ke ruangan, tidak lagi di PICU/NICU, dan bahkan ada yang dipulangkan," ungkap dia.
Kendati demikian, imbuh Syahril, hasil keseluruhan dari pasien-pasien di rumah sakit lainnya memang belum dapat disampaikan. Sebab, terapi fomepizole yang diberikan masih dalam proses. Setiap pasien diberikan obat penawar hingga 5 kali.
"Yang sudah lengkap hasilnya adalah RSCM karena dia lebih awal penggunaannya. Rumah sakit lain ada yang baru mulai, baru awal. Itu, kan, harus 5 kali pemberian. Hasil keseluruhan belum bisa kami sampaikan karena masih dalam proses," jelas Syahril.
Sebelumnya, Kemenkes menegaskan, antidotum berupa fomepizole digunakan hanya untuk penanganan kasus gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA). Karenanya, Kemenkes tak bermaksud melakukan komersialisasi terhadap obat penawar tersebut.
Penggunaan fomepizole sebagai obat penawar juga didasarkan pada temuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) soal indikasi cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) sebagai penyebab gagal ginjal akut.
Berdasarkan data Kemenkes hingga 3 November 2022, pukul 16.00 WIB, terdapat 323 kasus gagal ginjal akut yang tersebar di 28 provinsi. Sebanyak 34 pasien masih dirawat, 190 meninggal dunia, dan 99 sembuh.
Ada delapan provinsi yang mencatatkan setidaknya 15 kasus gagal ginjal akut. Perinciannya, DKI Jakarta 82 kasus, Jawa Barat 41 kasus, Aceh 32 kasus, dan Jawa Timur 26 kasus, Sumatera Barat 21 kasus, Banten 18 kasus, Bali 16 kasus, dan Sumatera Utara 15 kasus.